Makanan pedas sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner Indonesia. Dari sambal, rica-rica, hingga seblak, cita rasa pedas selalu punya tempat di hati masyarakat. Namun, muncul pertanyaan: apakah konsumsi makanan pedas bisa menyebabkan kanker kolorektal (kanker usus besar dan rektum)?
Pertanyaan ini penting, mengingat kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker paling umum di Indonesia dan sering kali terdeteksi pada stadium lanjut. Mari kita bahas lebih dalam, berdasarkan fakta ilmiah dan medis terkini.
Apa Itu Kanker Kolorektal?
Kanker kolorektal adalah kanker yang berkembang di bagian usus besar (kolon) atau rektum, bagian akhir dari sistem pencernaan. Faktor risikonya meliputi usia di atas 50 tahun, pola makan tidak sehat (tinggi lemak, rendah serat), riwayat keluarga, obesitas, kurang aktivitas fisik, serta konsumsi alkohol dan rokok.
Kanker kolorektal berkembang di usus besar (kolon) atau rektum, bagian akhir dari sistem pencernaan. Faktor risiko utamanya meliputi:
Usia di atas 50 tahun
Pola makan tinggi lemak dan rendah serat
Riwayat keluarga dengan kanker
Obesitas dan kurang aktivitas fisik
Konsumsi alkohol dan merokok
Gejala awal sering samar, tapi beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:
Perubahan pola buang air besar (diare/konstipasi berkepanjangan)
Darah pada feses
Nyeri perut atau kembung menahun
Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
Apakah Makanan Pedas Bisa Menyebabkan Kanker?
Hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah kuat yang menunjukkan bahwa makanan pedas secara langsung menyebabkan kanker kolorektal. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Kandungan Capsaicin pada Cabai
Zat aktif dalam cabai yang memberikan sensasi pedas disebut capsaicin. Menariknya, capsaicin memiliki dua sisi:
Efek positif: Dalam beberapa studi in vitro, capsaicin justru menunjukkan potensi antikanker, seperti menghambat pertumbuhan sel kanker.
Efek negatif: Dalam dosis tinggi dan konsumsi jangka panjang, capsaicin dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan, yang pada beberapa kondisi kronis bisa meningkatkan risiko inflamasi.
2. Iritasi dan Peradangan Kronis
Makanan sangat pedas dapat menyebabkan iritasi lambung dan usus pada sebagian orang, terutama jika dikonsumsi berlebihan. Peradangan kronis pada saluran cerna bisa menjadi salah satu faktor risiko kanker, meski bukan penyebab langsung.
3. Faktor Risiko yang Lebih Besar
Efek makanan pedas juga bergantung pada gaya hidup secara keseluruhan. Jika dikombinasikan dengan pola makan tinggi daging merah olahan, kurangnya asupan serat, kurang minum air putih, kebiasaan merokok atau minum alkohol
Fakta Ilmiah : Konsumsi Cabai Tidak Langsung Picu Kanker
Studi epidemiologi dari berbagai negara (termasuk Asia) tidak menemukan hubungan langsung yang konsisten antara konsumsi makanan pedas dengan peningkatan risiko kanker kolorektal. Namun, bagi mereka yang memiliki masalah lambung atau usus sensitif, disarankan untuk membatasi konsumsi cabai berlebihan agar tidak memicu peradangan yang bisa memperburuk kondisi sistem pencernaan.
Tips Aman Menikmati Makanan Pedas
Agar tetap bisa menikmati makanan pedas tanpa risiko berlebihan, berikut beberapa tips sehat untuk anda:
Konsumsi dalam jumlah wajar, tidak berlebihan
Kombinasikan dengan sayuran tinggi serat
Hindari sambal instan atau cabai dengan bahan pengawet
Perhatikan sinyal tubuh, jika sering diare, sakit perut, atau nyeri usus, segera kurangi intensitas pedas
Pastikan hidrasi cukup dengan minum air putih
Pentingnya Deteksi Dini Kanker Kolorektal
Apapun penyebabnya, yang paling penting adalah deteksi dini. Kanker kolorektal memiliki peluang sembuh tinggi jika ditemukan lebih awal. Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk melakukan:
Skrining feses (tes darah samar)
Konsultasi jika ada gejala mencurigakan
Kolonoskopi untuk mereka yang berisiko tinggi
Makanan pedas tidak terbukti secara langsung menyebabkan kanker kolorektal, tetapi konsumsi berlebihan bisa menimbulkan gangguan pencernaan yang berpotensi memperburuk kondisi pada individu tertentu. Dengan pola makan seimbang, gaya hidup sehat, dan deteksi dini yang rutin, risiko kanker kolorektal dapat ditekan secara signifikan. KALGen Innolab menyediakan layanan skrining kanker kolorektal yang cepat, akurat, dan nyaman. Dengan teknologi modern dan tenaga medis berpengalaman, deteksi dini kini lebih mudah dilakukan. Jangan tunda pemeriksaan jika Anda memiliki gejala atau faktor risiko!
Referensi:
Chan, C., Millwood, I., Kartsonaki, C., Du, H., Guo, C., Bian, C., Walters, R., Lv, J., He, P., Hu,C., Li., Yang, L., & Chen, Z. (2021). Spicy food consumption and risk of gastrointestinal-tract cancers: findings from the China Kadoorie Biobank.International Journal of Epidemiology, 50(1), 199–211. https://doi.org/10.1093/ije/dyaa275
Yang, Y., Jing Zhang, J., Weiss, S., Guo, L., Zhang, L., Jiang, Y., & Yang, Y. (2019). The consumption of chili peppers and the risk of colorectal cancer: a matched case-control study. World Journal of Surgical Oncology, 17(71). https://doi.org/10.1186/s12957-019-1615-7
Ao, Z., Huang, Z., Liu, H. (2022). Spicy Food and Chili Peppers and Multiple Health Outcomes: Umbrella Review. Molecular Nutrition & Food Research, 66(23). https://doi.org/10.1002/mnfr.202200167
UC Health. (2023, Maret 29). Foods That Fight Colorectal Cancer: A Guide to Nutrition for Prevention and Treatment. https://www.uchealth.com/en/media-room/articles/foods-that-fight-colorectal-cancer-a-guide-to-nutrition-for-prevention-and-treatment